Senin, 21 Desember 2009

Mengajar Matematika Tanpa Membeda-bedakan

MENGAJAR MATEMATIKA TANPA MEMBEDA-BEDAKAN

1. Pendahuluan
Setiap siswa memiliki karakter masing-masing yang terbentuk dari banyak proses, diantaranya keluarga dan lingkungan. Pengetahuan tentang perbedaan setiap siswa dari sisi attitude, behavior, dan kematangan emosional seharusnya diketahui oleh pihak pendidik sebagai bekal awal dalam mendidik yang tentunya informasi ini diketahui dari orang tua siswa tersebut. Informasi ini sangat penting dalam merumuskan materi serta proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswanya, minimal seorang pendidik sudah mengetahui apa yang seharusnya dipersiapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini ada tiga faktor yang cukup urgen dalam menyikapi perbedaan diantara siswa yaitu guru, orang tua, serta kurikulum.
Pertama, kesiapan guru dalam mengajar baik secara materi maupun psikologis. interpersonal juga dalam pendidikan. Terlebih mendidik siswa di usia dini. Diharapkan guru dapat memobilisasi semua muridnya agar jangan pernah terjadi kebosanan dalam belajar. Kesiapaan psikologis juga diperlukan karena dibutuhkannya kecakapan komunikasi Keterampilan juga kecakapan guru sangat menunjang agar terjadi pembelajaran yang inovatif. Karena hal ini dapat menstimulus rasa keingintahuan siswa dalam belajar.
Yang kedua adalah orang tua, yang dalam hal ini memiliki peran yang kompleks dan sentral dalam pendidikan. Orang tua harus mengutamakan aspek spiritual dalam membangun kematangan emosional putra-putrinya. Kematangan spiritual ini memiliki peran penting dalam mensukseskan proses dan tujuan dari pendidikan tersebut, karena didalamnya terkandung banyak nilai diantaranya akidah, ibadah, akhlak, dll. Orang tua harus memberi serta menanamkan ahlak dan sikap yang selaras dengan pendidikan yang diinginkan, dengan tujuan agar siswa tersebut akan dengan sendirinya membentuk diri mereka sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Yang terakhir adalah kurikulum yang mengatur materi apa sajakah yang sesuai untuk diberikan berdasarkan pertimbangan banyak hal. Untuk kurikulum terbaru KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) sudah memberikan hak yang besar kepada setiap sekolah masing-masing untuk menciptakan proses pembelajaran sendiri, namun tetap mengacu pada standar nasional yang telah ditetapkan. Kesempatan ini harus di gunakan dengan sebaik-baiknya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting yang harus diajarkan kepada siswa-siswa dihadapkan pada permasalahan perbedaan-perbedaan di antara siswa, baik itu perbedaan latar belakang budaya siswa, kemampuan intelektual, minat maupun masalah kesetaraan gender. Oleh karena itu penting bagi para guru untuk membekali diri dengan berbagai strategi mengajar agar bisa mengajarkan matematika untuk semua anak dengan segala perbedaannya. Pada makalah ini akan dibahas tentang matematika untuk semua dan bagaimana mengatasi masalah perbedaan-perbedaan di kalangan siswa.

2. Keberagaman dalam Kelas
Rentang kemampuan, ketidakmampuan dan keadaan sosial ekonomi dalam kelas saat ini, memberikan tantangan yang signifikan untuk para guru. Memperhatikan semua kebutuhan-kebutuhan dari semua anak serta menemukan cara-cara untuk membuat pelajaran-pelajaran yang lebih adil dan menemukan alat-alat untuk membantu semua siswa untuk menjadi lebih terpelajar secara matematis.
a. Ketidakmampuan Belajar
Para siswa dengan ketidakmampuan belajar mempunyai soal yang khusus dengan persepsi atau proses kognitif. Soal ini dapat mempengaruhi daya ingat atau kemampuan untuk bicara ataupun mengekspresikan ide-ide dalam menulis, menerima informasi, baik lisan maupun tulisan serta mengintegrasikan ide-ide yang abstrak.
b. Ketidakmampuan Intelektual
Anak-anak dengan ketidakmampuan intelektual (biasanya IQ antara 50 sampai 70) akan memiliki keterbatasan dalam hal pemahaman matematika. Hal pokok yang dibutuhkan anak-anak ini adalah waktu lebih untuk belajar dalam kondisi biasa.
c. Siswa dengan Perbedaan Budaya dan Bahasa
Mengajar matemátika dengan menghargai budaya ádalah salah satu cara untuk menghargai perbedaan yang ada di dalam kelas, siswa-siswa bisa secara personal ikut serta dalam matemática dengan memeriksa dampak dari budaya mereka sendiri dalam cara-cara yang mereka gunakan, praktekkan dan pikirka tentang matemática. Berikut ini merupakan pandangan yang berbeda mengenai cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan para siswa yang memiliki perbedaan budaza dalam matemática :
• Batasi penggunaan bahasa dan fokuskan pada penggunaan simbol-simbol.
• Terapkan penggunaan prinsip-prinsip dan standar NCTM, gunakanlah lebih banyak tugas yang kaya akan penggunaan bahasa.
• Gabungkan penggunaan kurikulum berbasis estándar.
d. Anak yang Berbakat dalam Bidang Matemátika
Para siswa berbakat biasanya memiliki kemampuan verbal yang baik, rasa ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir analitis, dan kemampuan untuk bekerja dan berkonsentrasi dengan independen. Pendekatan yang biasanya dilakukan untuk siswa yang berbakat dalam bidang matematika yaitu percepatan, pengayaan dan pendalaman. Percepatan dapat memberikan akibat berkembangnya berbagai pengetahuan namun tanpa kemampuan yang berarti dikarenakan siswa dipaksa untuk belajar tanpa mengembangkan ide-ide mereka dalam hal-hal konseptual. Siswa dalam program percepatan cenderung terfokus pada kemampuan mekanis.

3. Efek-Efek Negatif dari Pengelompokkan dengan Cara Memilih dan Homogen
Memilih siswa dalam pengelompokkan merupakan perilaku kejahatan yang signifikan dalam menciptakan pengharapan-pengharapan yang berbeda dari tiap siswanya. Siswa-siswa yang terplilih dalam kelompok rendah sering sekali diabaikan aksesnya untuk mendapatkan materi-materi pembelajaran berkualitas, matematika yang berkualitas tinggi, dan guru-guru terbaik (Silver Smith & Nelson, 1995). Matematika untuk siswa dalam kelompok yang lebih rendah hampir seluruhnya berorientasi pada drill pengulangan dengan kesuksesan yang minim dan hasil belajar yang kurang memuaskan.
Dalam kelas yang lebih heterogen, pengharapan sering sekali berubah-ubah, seperti seorang anak sebelumnya dipersepsikan sebagai kurang mampu menjadi mengerti dan bekerja dengan baik dengan konsepe-konsep yang tidak mereka dapatkan di kelas yang lebih rendah.

4. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bagi Siswa yang Beragam
Mengajar sebaiknya berorientasi kepada peserta didik agar peserta didik itu belajar memecahkan masalah. Orientasi ini harus direfleksikan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga keaktifan mental peserta didik nampak dalam tingkah lakunya, seperti meneliti, merumuskan, menemukan dan merefikasi.
Pada waktu kegiatan pembelajaran, guru mengintroduksikan materi baru, hendaknya melibatkan intelektual peseta didik, yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud kegiatan ini adalah untuk mengabstraksikan dan menemukan. Pola demikian adalah jantungnya berpikir matematik dan penemuan dalam matematika sangat berkaitan dengan ide atau gagasan abstrak.
Kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghasilkan gambar, kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksikan model-model matematika dari situasi masalah yang dihadapi. Mengajar matematika haruslah didasarkan kepada situasi masalah asalkan situasinya sudah dipahami peserta didik, konsep-konsepnya diperoleh dari obyek-obyek, peristiwa-peristiwa serta hubungan operasi dan strateginya telah diketahui dengan baik oleh peserta didik. Mengajar matematika hendaklah relevan dengan kemampuan, keterampilan, dan struktur kognitif yang dimiliki oleh peserta didik, hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik.
Dalam memilih materi matematika yang akan diajarkan, kita pergunakan kriteria, yaitu validitas, signifikansi dan kesiapan serta kegunaan. Validitas berarti materi yang dipilih harus mendukung tercapainya tujuan. Signifikansi berarti konsep-konsep disusun berhubungan sedemukian hingga berurutan secara hirarkis dan merupakan kesatuan yang utuh. Kesiapan berarti materi yang dipilih harus dapat dipelajari peserta didik. Kegunaan berarti materi yang dipelajari peserta didik harus bermanfaat bagi kehidupan dan profesi yang akan dipilihnya. Kesiapan peserta didik untuk belajar matematika perlu dipertimbangkan apabila kita menghendaki keberhasilan peserta didik dalam belajarnya. Karena itu guru hendaknya menyadari bahwa periode berpikir operasi formal yang dikemukakan piaget berlangsung selama belajar di sekolah.

5. Penutup
Mengajar matematika di dalam kelas yang terdiri dari siswa-siswa dengan berbagai latar belakang keluarga, budaya dan perbedaan kemampuan dalam mengerjakan matematika, sangat tidak bijaksana untuk memisahkan mereka dalam kelas yang berbeda. Semua itu dapat diatasi dengan pendekatan pengajaran dengan berbagai strategi yang akan lebih menghargai perbedaan. Menggabungkan siswa yang berbakat dalam matematika dalam kelas reguler akan memberikan peluang bagi siswa untuk mengerjakan matematika dengan pemahaman yang lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar