Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.
A. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Sosilogi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Sosiologi pendidikan meliputi : (1) interaksi guru-siswa, (2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah, (3) struktur dan fungsi sistem pendidikan, dan (4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan pola itu yang sebagai pengatur perilaku adalah nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.
B. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,1989)
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
a. Penerus keturunan dan pengasuh anak
b. Pengembangan kehidupan berekonomi
c. Transmisi budaya
d. Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa
e. Pengendalian sosial
f. Rekreasi
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh
a. Originasi atau penemua-penemua baru
b. Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama
c. Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman
C. Masyarakat dan Sekolah
- Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat :
• Sekolah milik masyarakat
• Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
- Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak.
- Masyarakat memberi dukungan kepada sejumlah sekolah
- Perlu ada badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyukseskan pendidikan.
D. Masyarakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Mengapa masyarakat atau para remaja bersikap seperti itu, asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima.
Untuk membuat kebudayaan, termasuk pendidikan di masyarakat, sebagai sesuatu yang tidak selalu disadari oelh pendidik, menjadi wadah proses belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal, membutuhkan sejumlah pembenahan.
1. Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan ditingkatkan.
2. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3. Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik seperti telah diutarakan di atas.
4. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu, dalam masa transisi ini kalau pendidikan akan dierorganisasi, perlu :
1. Memasukkan materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
2. Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok.
3. Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
4. Ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
5. Memberi kesempatan berinovasi atau kreatif menciptakan sesuatu yang baru yang lebih baik tentang hidup dan kehidupan.
Senin, 21 Desember 2009
Landasan Ekonomi Pendidikan
A. Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena takut digulung dan dihempaskan oleh gelombang globalisasi ekonomi dunia.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.
Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
B. Fungsi Produksi dalam Pendidikan
Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi dalam pendidikan ini bersumber dari buku Thomas (tt.), yang membagi fungsi produksi menjadi tiga macam, yaitu (1) Fungsi produksi administrator, (2) fungsi produksi psikologi, (3) fungsi produksi ekonomi.
1. Fungsi Produksi Administrator
Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah ;
- Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas.
- Perlengkapan belajar, media, dan alat peraga baik di dalam kelas maupun di laboratorium, yang juga dihitung harganya dalam bentuk uang.
- Buku-buku dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan sebagainya.
- Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium, kapur, kertas, alat tulis.
- Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dipakai dalam memproses peserta didik.
Sementara itu yang dimaksud dengan Output dalam fungsi produksi ini adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Lembaga pendidikan yang baik akan memungkinkan sama atau lebih kecil daripada harga output.
2. Fungsi Produksi psikologi
Input pada fungsi produksi ini adalah sama dengan input fungsi produksi administrator. Output fungsi produksi psikologi adalah semua hasil belajar siswa yang mencakup :
- Peningkatan kepribadian
- Pengarahan dan pembentukan sikap
- Penguatan kemauan
- Peningkatan estetika
- Penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi
- Penajaman pikiran
- Peningkatan keterampilan
Namun menghitung harga output pada fungsi produksi psikologi ini tidaklah mudah. Sebab tidak mudah mengkuantitatifkan dan menguangkan aspek-aspek psikologi.
Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi produksi psikologi, kalau harga inputnya sama atau lebih kecil daripada harga outputnya.
3. Fungsi Produksi Ekonomi
Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut :
- Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.
- Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti uang saku, transportasi, membeli buku, alat-alat tulis dan sebagainya selama masa belajar atau kuliah.
- Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah.
Sementara itu yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat atau bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah.
Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing di dunia pendidikan. Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target pasar sebagai tujuan lembaga pendidikan. Marketing mencakup ;
1. Mendesain penawaran
2. Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik
3. Menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi, distribusi dan meningkatkan motivasi serta layanan.
C. Ekonomi Pendidikan
Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegan peran yang cukup menentukan. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya.
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut :
1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti prasarana, sarana, media, alat belajar/peraga, barang habis pakai, materi pelajaran.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi dan radio.
3. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan, perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan sebagainya.
4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti hidup hemat, bersikap efisien, memiliki keterampilan produktif, memiliki etos kerja, mengerti prinsip-prinsip ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.
6. Meningkatkan motivasi kerja
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
D. Efisiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan
Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil daripada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan. Sementara itu yang dimaksud dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif sempurna.
Mengapa pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi pendidikan? Pertama adalah dana pendidikan sangat terbatas dan kedua, seperti halnya dengan departemen-departemen lain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengalami banyak kebocoran dana. Untuk memanfaatkan dana yang sudah kecil ini secara optimal sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaannya.
Yang dilihat dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah :
1. Penggunaan uang yang sudah dialokasikan untuk masing-masing kegiatan.
2. Proses pada setiap kegiatan.
3. Hasil masing-masing kegiatan.
Carpenter (1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektivitas sebagai berikut :
1. Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses input untuk menjadi output.
2. Sistem yang dibandingkan harus sama, kecuali alat pemrosesnya.a
3. Mempertimbangkan semua output utama. Dalam pendidikan. Yang dikatakan output utama adalah jumlah siswa yang lulus.
4. Korelasi diharapkan bersifat kausalitas. Yaitu korelasi antara cara memproses dengan output harus harus bersifat kausalitas.
Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena takut digulung dan dihempaskan oleh gelombang globalisasi ekonomi dunia.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.
Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
B. Fungsi Produksi dalam Pendidikan
Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi dalam pendidikan ini bersumber dari buku Thomas (tt.), yang membagi fungsi produksi menjadi tiga macam, yaitu (1) Fungsi produksi administrator, (2) fungsi produksi psikologi, (3) fungsi produksi ekonomi.
1. Fungsi Produksi Administrator
Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah ;
- Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas.
- Perlengkapan belajar, media, dan alat peraga baik di dalam kelas maupun di laboratorium, yang juga dihitung harganya dalam bentuk uang.
- Buku-buku dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan sebagainya.
- Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium, kapur, kertas, alat tulis.
- Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dipakai dalam memproses peserta didik.
Sementara itu yang dimaksud dengan Output dalam fungsi produksi ini adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Lembaga pendidikan yang baik akan memungkinkan sama atau lebih kecil daripada harga output.
2. Fungsi Produksi psikologi
Input pada fungsi produksi ini adalah sama dengan input fungsi produksi administrator. Output fungsi produksi psikologi adalah semua hasil belajar siswa yang mencakup :
- Peningkatan kepribadian
- Pengarahan dan pembentukan sikap
- Penguatan kemauan
- Peningkatan estetika
- Penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi
- Penajaman pikiran
- Peningkatan keterampilan
Namun menghitung harga output pada fungsi produksi psikologi ini tidaklah mudah. Sebab tidak mudah mengkuantitatifkan dan menguangkan aspek-aspek psikologi.
Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi produksi psikologi, kalau harga inputnya sama atau lebih kecil daripada harga outputnya.
3. Fungsi Produksi Ekonomi
Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut :
- Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.
- Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti uang saku, transportasi, membeli buku, alat-alat tulis dan sebagainya selama masa belajar atau kuliah.
- Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah.
Sementara itu yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat atau bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah.
Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing di dunia pendidikan. Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target pasar sebagai tujuan lembaga pendidikan. Marketing mencakup ;
1. Mendesain penawaran
2. Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik
3. Menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi, distribusi dan meningkatkan motivasi serta layanan.
C. Ekonomi Pendidikan
Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegan peran yang cukup menentukan. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya.
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut :
1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti prasarana, sarana, media, alat belajar/peraga, barang habis pakai, materi pelajaran.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi dan radio.
3. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan, perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan sebagainya.
4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti hidup hemat, bersikap efisien, memiliki keterampilan produktif, memiliki etos kerja, mengerti prinsip-prinsip ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.
6. Meningkatkan motivasi kerja
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
D. Efisiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan
Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil daripada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan. Sementara itu yang dimaksud dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif sempurna.
Mengapa pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi pendidikan? Pertama adalah dana pendidikan sangat terbatas dan kedua, seperti halnya dengan departemen-departemen lain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengalami banyak kebocoran dana. Untuk memanfaatkan dana yang sudah kecil ini secara optimal sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaannya.
Yang dilihat dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah :
1. Penggunaan uang yang sudah dialokasikan untuk masing-masing kegiatan.
2. Proses pada setiap kegiatan.
3. Hasil masing-masing kegiatan.
Carpenter (1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektivitas sebagai berikut :
1. Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses input untuk menjadi output.
2. Sistem yang dibandingkan harus sama, kecuali alat pemrosesnya.a
3. Mempertimbangkan semua output utama. Dalam pendidikan. Yang dikatakan output utama adalah jumlah siswa yang lulus.
4. Korelasi diharapkan bersifat kausalitas. Yaitu korelasi antara cara memproses dengan output harus harus bersifat kausalitas.
Landasan Filsafat Pendidikan
LANDASAN FILSAFAT
A. Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan
Sikun Pribadi (ISPI, 1989) menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, ilmu pendidikan praktis, perbuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan keyakinan pendidik, sebagai berikut :
1. Filsafat atau filsafat umum atau filsafat negara menjadi sumber segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara suatu bangsa.
2. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.
3. Selanjutnya ilmu pendidikan (yang bersifat teoretis) ada diurutan ketiga, sebab ia dijabarkan dari filsafat pendidikan. Di sinilah teori-teori pendidikan dirumuskan.
4. Ilmu Pendidikan praktis adalah merupakan konsep-konsep pelaksanaan teori-teori pendidikan di atas. Jadi ini dijabarkan dari teori-teori pendidikan.
5. Pada langkah berikutnya adalah perbuatan mendidik, yaitu tindakan-tindakan nyata dalam menerapkan teori pendidikan praktis.
6. Sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang mendidik.
7. Pengalaman ini memberi umpan balik kepada teori pendidikan yang terdapat dalam ilmu pendidikan, yang memanfaatkannya untuk kemungkinan merevisi teori semula.
8. Sebagai akibat dari revisi tadi, sangat mungkin ilmu pendidikan memberi umpan balik kepada filsafat pendidikan, dan kemungkinan merevisi konsep-konsepnya.
9. Ilmu pendidikan juga mengadakan kontak hubungan dengan pengalaman-pengalaman mendidik, untuk selalu mengingatkan diri agar tidak menyimpang dari teori-teori mendidik.
10. Sementara itu perbuatan-perbuatan mendidik bisa menimbulkan keyakinan tersendiri tentang pendidikan. Suatu keyakinan yang belum tampak pada filsafat, filsafat pendidikan, maupun pada ilmu pendidikan. Keyakinan ini memberi bahan baru kepada filsafat, untuk dipikirkan kembali dan dimasukkan ke dalam filsafat.
B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia. Namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut : (Ateng Sutisna, 1990)
1. Apakah pendidikan itu?
2. Apa yang hendak ia capai?
3. Bagaimana cara terbaik merealisasi tujuan-tujuan itu?
C. Filsafat Pendidikan di Indonesia
Ilmu pendidikan di samping bersifat empiris, ia juga bersifat normatif. Bersifat normatif artinya mengupayakan agar norma-norma tertentu dapat diinternalisasi dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ilmu pendidikan mengandung unsur-unsur fakta dan upaya. Fakta akan membentuk teori penjelasan tentang cara mendidik, sedangkan upaya akan membentuk kiat atau seni mensukseskan pendidikan terutama dalam memasukkan norma-norma ke dalam kehidupan peserta didik.
Untuk bisa membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid, terlebih dahulu dibutuhkan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai. Filsafat ini akan menguraikan tentang :
1. Pengertian pendidikan yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.
2. Tujuan pendidikan, yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai oleh sila-sila Pancasila.
3. Model pendidikan, yang membahas tentang model pendidikan di Indonesia yang tepat.
4. Cara mencapai tujuan, yaitu segi teknik dan pendidikan itu sendiri.
D. Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia
Upaya-upaya merumuskan filsafat pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Jasin dan kawan-kawan (1994) melakukan penelitian mengenai pandangan para pendidik terhadap pendidikan dengan respoden para mahasiswa PGSD, S1, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik sejumlah masalah bertalian dengan ilmu pendidikan,yaitu:
1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.
2. Ilmu pendidikan kurang dikembangkan.
3. Ilmu pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
4. Belum jelas apakah ilmu pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
E. Implikasi Konsep Pendidikan
1. Filsafat pendidikan Indonesia perlu segera diwujudkan agar ilmu pendidikan bercorak Indonesia lebih mudah dibentuk.
2. Peranan dan pengembangan sila-sila Pancasila pada diri peserta didik pada hakikatnya adalah pengembangan afeksi.
3. Pendidikan Pancasila dan pendidikan agama tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lain.
4. Materi pendidkan afeksi selain bersumber dari bidang studi yang membahas moral Pancasila dan ajaran agama, sebaiknya dilengkapi dengan nilai-nilai dan adat-istiadat yang masih hidup di masyarakat Indonesia serta budi pekerti luhur yang tetap dijunjung di bumi Indonesia ini.
5. Metode mengembangkan afeksi bisa dibagi dua yaitu :
• Untuk pendidikan afeksi yang berbentuk bidang studi, tekanan proses belajarnya adalah pada aplikasi konsep-konsep yang dipelajari.
• Untuk pendidikan afeksi yang diselipkan pada bidang-bidang studi lain, pendidik cukup menyinggung afeksi tertentu yang kebetulan tepat dimunculkan saat itu untuk dipahami oleh peserta didik, dihayati dan dilaksanakan.
6. Evaluasi pendidikan afeksi haruslah dilakukan secara nyata, diberi skor, dan dimasukkan ke dalam rapor seperti halnya dengan bidang-bidang studi yang lain.
7. Dalam mengembngkan materi pendidikan afeksi, sangat mungkin sumber materi itu berasal dari luar negeri.
8. Dalam rangka pengembangan afeksi peserta didik, ada baiknya kondisi ke arah itu sengaja diciptakan, antara lain dengan menghadirkan jauh lebih banyak budaya bangsa sendiri untuk menetralkan pengaruh budaya asing yang memang sulit dibendung dalam abad informasi dan global ini.
A. Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan
Sikun Pribadi (ISPI, 1989) menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, ilmu pendidikan praktis, perbuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan keyakinan pendidik, sebagai berikut :
1. Filsafat atau filsafat umum atau filsafat negara menjadi sumber segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara suatu bangsa.
2. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.
3. Selanjutnya ilmu pendidikan (yang bersifat teoretis) ada diurutan ketiga, sebab ia dijabarkan dari filsafat pendidikan. Di sinilah teori-teori pendidikan dirumuskan.
4. Ilmu Pendidikan praktis adalah merupakan konsep-konsep pelaksanaan teori-teori pendidikan di atas. Jadi ini dijabarkan dari teori-teori pendidikan.
5. Pada langkah berikutnya adalah perbuatan mendidik, yaitu tindakan-tindakan nyata dalam menerapkan teori pendidikan praktis.
6. Sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang mendidik.
7. Pengalaman ini memberi umpan balik kepada teori pendidikan yang terdapat dalam ilmu pendidikan, yang memanfaatkannya untuk kemungkinan merevisi teori semula.
8. Sebagai akibat dari revisi tadi, sangat mungkin ilmu pendidikan memberi umpan balik kepada filsafat pendidikan, dan kemungkinan merevisi konsep-konsepnya.
9. Ilmu pendidikan juga mengadakan kontak hubungan dengan pengalaman-pengalaman mendidik, untuk selalu mengingatkan diri agar tidak menyimpang dari teori-teori mendidik.
10. Sementara itu perbuatan-perbuatan mendidik bisa menimbulkan keyakinan tersendiri tentang pendidikan. Suatu keyakinan yang belum tampak pada filsafat, filsafat pendidikan, maupun pada ilmu pendidikan. Keyakinan ini memberi bahan baru kepada filsafat, untuk dipikirkan kembali dan dimasukkan ke dalam filsafat.
B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia. Namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut : (Ateng Sutisna, 1990)
1. Apakah pendidikan itu?
2. Apa yang hendak ia capai?
3. Bagaimana cara terbaik merealisasi tujuan-tujuan itu?
C. Filsafat Pendidikan di Indonesia
Ilmu pendidikan di samping bersifat empiris, ia juga bersifat normatif. Bersifat normatif artinya mengupayakan agar norma-norma tertentu dapat diinternalisasi dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ilmu pendidikan mengandung unsur-unsur fakta dan upaya. Fakta akan membentuk teori penjelasan tentang cara mendidik, sedangkan upaya akan membentuk kiat atau seni mensukseskan pendidikan terutama dalam memasukkan norma-norma ke dalam kehidupan peserta didik.
Untuk bisa membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid, terlebih dahulu dibutuhkan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai. Filsafat ini akan menguraikan tentang :
1. Pengertian pendidikan yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.
2. Tujuan pendidikan, yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai oleh sila-sila Pancasila.
3. Model pendidikan, yang membahas tentang model pendidikan di Indonesia yang tepat.
4. Cara mencapai tujuan, yaitu segi teknik dan pendidikan itu sendiri.
D. Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia
Upaya-upaya merumuskan filsafat pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Jasin dan kawan-kawan (1994) melakukan penelitian mengenai pandangan para pendidik terhadap pendidikan dengan respoden para mahasiswa PGSD, S1, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik sejumlah masalah bertalian dengan ilmu pendidikan,yaitu:
1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.
2. Ilmu pendidikan kurang dikembangkan.
3. Ilmu pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
4. Belum jelas apakah ilmu pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
E. Implikasi Konsep Pendidikan
1. Filsafat pendidikan Indonesia perlu segera diwujudkan agar ilmu pendidikan bercorak Indonesia lebih mudah dibentuk.
2. Peranan dan pengembangan sila-sila Pancasila pada diri peserta didik pada hakikatnya adalah pengembangan afeksi.
3. Pendidikan Pancasila dan pendidikan agama tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lain.
4. Materi pendidkan afeksi selain bersumber dari bidang studi yang membahas moral Pancasila dan ajaran agama, sebaiknya dilengkapi dengan nilai-nilai dan adat-istiadat yang masih hidup di masyarakat Indonesia serta budi pekerti luhur yang tetap dijunjung di bumi Indonesia ini.
5. Metode mengembangkan afeksi bisa dibagi dua yaitu :
• Untuk pendidikan afeksi yang berbentuk bidang studi, tekanan proses belajarnya adalah pada aplikasi konsep-konsep yang dipelajari.
• Untuk pendidikan afeksi yang diselipkan pada bidang-bidang studi lain, pendidik cukup menyinggung afeksi tertentu yang kebetulan tepat dimunculkan saat itu untuk dipahami oleh peserta didik, dihayati dan dilaksanakan.
6. Evaluasi pendidikan afeksi haruslah dilakukan secara nyata, diberi skor, dan dimasukkan ke dalam rapor seperti halnya dengan bidang-bidang studi yang lain.
7. Dalam mengembngkan materi pendidikan afeksi, sangat mungkin sumber materi itu berasal dari luar negeri.
8. Dalam rangka pengembangan afeksi peserta didik, ada baiknya kondisi ke arah itu sengaja diciptakan, antara lain dengan menghadirkan jauh lebih banyak budaya bangsa sendiri untuk menetralkan pengaruh budaya asing yang memang sulit dibendung dalam abad informasi dan global ini.
Mengajar Matematika Tanpa Membeda-bedakan
MENGAJAR MATEMATIKA TANPA MEMBEDA-BEDAKAN
1. Pendahuluan
Setiap siswa memiliki karakter masing-masing yang terbentuk dari banyak proses, diantaranya keluarga dan lingkungan. Pengetahuan tentang perbedaan setiap siswa dari sisi attitude, behavior, dan kematangan emosional seharusnya diketahui oleh pihak pendidik sebagai bekal awal dalam mendidik yang tentunya informasi ini diketahui dari orang tua siswa tersebut. Informasi ini sangat penting dalam merumuskan materi serta proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswanya, minimal seorang pendidik sudah mengetahui apa yang seharusnya dipersiapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini ada tiga faktor yang cukup urgen dalam menyikapi perbedaan diantara siswa yaitu guru, orang tua, serta kurikulum.
Pertama, kesiapan guru dalam mengajar baik secara materi maupun psikologis. interpersonal juga dalam pendidikan. Terlebih mendidik siswa di usia dini. Diharapkan guru dapat memobilisasi semua muridnya agar jangan pernah terjadi kebosanan dalam belajar. Kesiapaan psikologis juga diperlukan karena dibutuhkannya kecakapan komunikasi Keterampilan juga kecakapan guru sangat menunjang agar terjadi pembelajaran yang inovatif. Karena hal ini dapat menstimulus rasa keingintahuan siswa dalam belajar.
Yang kedua adalah orang tua, yang dalam hal ini memiliki peran yang kompleks dan sentral dalam pendidikan. Orang tua harus mengutamakan aspek spiritual dalam membangun kematangan emosional putra-putrinya. Kematangan spiritual ini memiliki peran penting dalam mensukseskan proses dan tujuan dari pendidikan tersebut, karena didalamnya terkandung banyak nilai diantaranya akidah, ibadah, akhlak, dll. Orang tua harus memberi serta menanamkan ahlak dan sikap yang selaras dengan pendidikan yang diinginkan, dengan tujuan agar siswa tersebut akan dengan sendirinya membentuk diri mereka sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Yang terakhir adalah kurikulum yang mengatur materi apa sajakah yang sesuai untuk diberikan berdasarkan pertimbangan banyak hal. Untuk kurikulum terbaru KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) sudah memberikan hak yang besar kepada setiap sekolah masing-masing untuk menciptakan proses pembelajaran sendiri, namun tetap mengacu pada standar nasional yang telah ditetapkan. Kesempatan ini harus di gunakan dengan sebaik-baiknya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting yang harus diajarkan kepada siswa-siswa dihadapkan pada permasalahan perbedaan-perbedaan di antara siswa, baik itu perbedaan latar belakang budaya siswa, kemampuan intelektual, minat maupun masalah kesetaraan gender. Oleh karena itu penting bagi para guru untuk membekali diri dengan berbagai strategi mengajar agar bisa mengajarkan matematika untuk semua anak dengan segala perbedaannya. Pada makalah ini akan dibahas tentang matematika untuk semua dan bagaimana mengatasi masalah perbedaan-perbedaan di kalangan siswa.
2. Keberagaman dalam Kelas
Rentang kemampuan, ketidakmampuan dan keadaan sosial ekonomi dalam kelas saat ini, memberikan tantangan yang signifikan untuk para guru. Memperhatikan semua kebutuhan-kebutuhan dari semua anak serta menemukan cara-cara untuk membuat pelajaran-pelajaran yang lebih adil dan menemukan alat-alat untuk membantu semua siswa untuk menjadi lebih terpelajar secara matematis.
a. Ketidakmampuan Belajar
Para siswa dengan ketidakmampuan belajar mempunyai soal yang khusus dengan persepsi atau proses kognitif. Soal ini dapat mempengaruhi daya ingat atau kemampuan untuk bicara ataupun mengekspresikan ide-ide dalam menulis, menerima informasi, baik lisan maupun tulisan serta mengintegrasikan ide-ide yang abstrak.
b. Ketidakmampuan Intelektual
Anak-anak dengan ketidakmampuan intelektual (biasanya IQ antara 50 sampai 70) akan memiliki keterbatasan dalam hal pemahaman matematika. Hal pokok yang dibutuhkan anak-anak ini adalah waktu lebih untuk belajar dalam kondisi biasa.
c. Siswa dengan Perbedaan Budaya dan Bahasa
Mengajar matemátika dengan menghargai budaya ádalah salah satu cara untuk menghargai perbedaan yang ada di dalam kelas, siswa-siswa bisa secara personal ikut serta dalam matemática dengan memeriksa dampak dari budaya mereka sendiri dalam cara-cara yang mereka gunakan, praktekkan dan pikirka tentang matemática. Berikut ini merupakan pandangan yang berbeda mengenai cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan para siswa yang memiliki perbedaan budaza dalam matemática :
• Batasi penggunaan bahasa dan fokuskan pada penggunaan simbol-simbol.
• Terapkan penggunaan prinsip-prinsip dan standar NCTM, gunakanlah lebih banyak tugas yang kaya akan penggunaan bahasa.
• Gabungkan penggunaan kurikulum berbasis estándar.
d. Anak yang Berbakat dalam Bidang Matemátika
Para siswa berbakat biasanya memiliki kemampuan verbal yang baik, rasa ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir analitis, dan kemampuan untuk bekerja dan berkonsentrasi dengan independen. Pendekatan yang biasanya dilakukan untuk siswa yang berbakat dalam bidang matematika yaitu percepatan, pengayaan dan pendalaman. Percepatan dapat memberikan akibat berkembangnya berbagai pengetahuan namun tanpa kemampuan yang berarti dikarenakan siswa dipaksa untuk belajar tanpa mengembangkan ide-ide mereka dalam hal-hal konseptual. Siswa dalam program percepatan cenderung terfokus pada kemampuan mekanis.
3. Efek-Efek Negatif dari Pengelompokkan dengan Cara Memilih dan Homogen
Memilih siswa dalam pengelompokkan merupakan perilaku kejahatan yang signifikan dalam menciptakan pengharapan-pengharapan yang berbeda dari tiap siswanya. Siswa-siswa yang terplilih dalam kelompok rendah sering sekali diabaikan aksesnya untuk mendapatkan materi-materi pembelajaran berkualitas, matematika yang berkualitas tinggi, dan guru-guru terbaik (Silver Smith & Nelson, 1995). Matematika untuk siswa dalam kelompok yang lebih rendah hampir seluruhnya berorientasi pada drill pengulangan dengan kesuksesan yang minim dan hasil belajar yang kurang memuaskan.
Dalam kelas yang lebih heterogen, pengharapan sering sekali berubah-ubah, seperti seorang anak sebelumnya dipersepsikan sebagai kurang mampu menjadi mengerti dan bekerja dengan baik dengan konsepe-konsep yang tidak mereka dapatkan di kelas yang lebih rendah.
4. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bagi Siswa yang Beragam
Mengajar sebaiknya berorientasi kepada peserta didik agar peserta didik itu belajar memecahkan masalah. Orientasi ini harus direfleksikan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga keaktifan mental peserta didik nampak dalam tingkah lakunya, seperti meneliti, merumuskan, menemukan dan merefikasi.
Pada waktu kegiatan pembelajaran, guru mengintroduksikan materi baru, hendaknya melibatkan intelektual peseta didik, yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud kegiatan ini adalah untuk mengabstraksikan dan menemukan. Pola demikian adalah jantungnya berpikir matematik dan penemuan dalam matematika sangat berkaitan dengan ide atau gagasan abstrak.
Kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghasilkan gambar, kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksikan model-model matematika dari situasi masalah yang dihadapi. Mengajar matematika haruslah didasarkan kepada situasi masalah asalkan situasinya sudah dipahami peserta didik, konsep-konsepnya diperoleh dari obyek-obyek, peristiwa-peristiwa serta hubungan operasi dan strateginya telah diketahui dengan baik oleh peserta didik. Mengajar matematika hendaklah relevan dengan kemampuan, keterampilan, dan struktur kognitif yang dimiliki oleh peserta didik, hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik.
Dalam memilih materi matematika yang akan diajarkan, kita pergunakan kriteria, yaitu validitas, signifikansi dan kesiapan serta kegunaan. Validitas berarti materi yang dipilih harus mendukung tercapainya tujuan. Signifikansi berarti konsep-konsep disusun berhubungan sedemukian hingga berurutan secara hirarkis dan merupakan kesatuan yang utuh. Kesiapan berarti materi yang dipilih harus dapat dipelajari peserta didik. Kegunaan berarti materi yang dipelajari peserta didik harus bermanfaat bagi kehidupan dan profesi yang akan dipilihnya. Kesiapan peserta didik untuk belajar matematika perlu dipertimbangkan apabila kita menghendaki keberhasilan peserta didik dalam belajarnya. Karena itu guru hendaknya menyadari bahwa periode berpikir operasi formal yang dikemukakan piaget berlangsung selama belajar di sekolah.
5. Penutup
Mengajar matematika di dalam kelas yang terdiri dari siswa-siswa dengan berbagai latar belakang keluarga, budaya dan perbedaan kemampuan dalam mengerjakan matematika, sangat tidak bijaksana untuk memisahkan mereka dalam kelas yang berbeda. Semua itu dapat diatasi dengan pendekatan pengajaran dengan berbagai strategi yang akan lebih menghargai perbedaan. Menggabungkan siswa yang berbakat dalam matematika dalam kelas reguler akan memberikan peluang bagi siswa untuk mengerjakan matematika dengan pemahaman yang lebih.
1. Pendahuluan
Setiap siswa memiliki karakter masing-masing yang terbentuk dari banyak proses, diantaranya keluarga dan lingkungan. Pengetahuan tentang perbedaan setiap siswa dari sisi attitude, behavior, dan kematangan emosional seharusnya diketahui oleh pihak pendidik sebagai bekal awal dalam mendidik yang tentunya informasi ini diketahui dari orang tua siswa tersebut. Informasi ini sangat penting dalam merumuskan materi serta proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswanya, minimal seorang pendidik sudah mengetahui apa yang seharusnya dipersiapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini ada tiga faktor yang cukup urgen dalam menyikapi perbedaan diantara siswa yaitu guru, orang tua, serta kurikulum.
Pertama, kesiapan guru dalam mengajar baik secara materi maupun psikologis. interpersonal juga dalam pendidikan. Terlebih mendidik siswa di usia dini. Diharapkan guru dapat memobilisasi semua muridnya agar jangan pernah terjadi kebosanan dalam belajar. Kesiapaan psikologis juga diperlukan karena dibutuhkannya kecakapan komunikasi Keterampilan juga kecakapan guru sangat menunjang agar terjadi pembelajaran yang inovatif. Karena hal ini dapat menstimulus rasa keingintahuan siswa dalam belajar.
Yang kedua adalah orang tua, yang dalam hal ini memiliki peran yang kompleks dan sentral dalam pendidikan. Orang tua harus mengutamakan aspek spiritual dalam membangun kematangan emosional putra-putrinya. Kematangan spiritual ini memiliki peran penting dalam mensukseskan proses dan tujuan dari pendidikan tersebut, karena didalamnya terkandung banyak nilai diantaranya akidah, ibadah, akhlak, dll. Orang tua harus memberi serta menanamkan ahlak dan sikap yang selaras dengan pendidikan yang diinginkan, dengan tujuan agar siswa tersebut akan dengan sendirinya membentuk diri mereka sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Yang terakhir adalah kurikulum yang mengatur materi apa sajakah yang sesuai untuk diberikan berdasarkan pertimbangan banyak hal. Untuk kurikulum terbaru KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) sudah memberikan hak yang besar kepada setiap sekolah masing-masing untuk menciptakan proses pembelajaran sendiri, namun tetap mengacu pada standar nasional yang telah ditetapkan. Kesempatan ini harus di gunakan dengan sebaik-baiknya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting yang harus diajarkan kepada siswa-siswa dihadapkan pada permasalahan perbedaan-perbedaan di antara siswa, baik itu perbedaan latar belakang budaya siswa, kemampuan intelektual, minat maupun masalah kesetaraan gender. Oleh karena itu penting bagi para guru untuk membekali diri dengan berbagai strategi mengajar agar bisa mengajarkan matematika untuk semua anak dengan segala perbedaannya. Pada makalah ini akan dibahas tentang matematika untuk semua dan bagaimana mengatasi masalah perbedaan-perbedaan di kalangan siswa.
2. Keberagaman dalam Kelas
Rentang kemampuan, ketidakmampuan dan keadaan sosial ekonomi dalam kelas saat ini, memberikan tantangan yang signifikan untuk para guru. Memperhatikan semua kebutuhan-kebutuhan dari semua anak serta menemukan cara-cara untuk membuat pelajaran-pelajaran yang lebih adil dan menemukan alat-alat untuk membantu semua siswa untuk menjadi lebih terpelajar secara matematis.
a. Ketidakmampuan Belajar
Para siswa dengan ketidakmampuan belajar mempunyai soal yang khusus dengan persepsi atau proses kognitif. Soal ini dapat mempengaruhi daya ingat atau kemampuan untuk bicara ataupun mengekspresikan ide-ide dalam menulis, menerima informasi, baik lisan maupun tulisan serta mengintegrasikan ide-ide yang abstrak.
b. Ketidakmampuan Intelektual
Anak-anak dengan ketidakmampuan intelektual (biasanya IQ antara 50 sampai 70) akan memiliki keterbatasan dalam hal pemahaman matematika. Hal pokok yang dibutuhkan anak-anak ini adalah waktu lebih untuk belajar dalam kondisi biasa.
c. Siswa dengan Perbedaan Budaya dan Bahasa
Mengajar matemátika dengan menghargai budaya ádalah salah satu cara untuk menghargai perbedaan yang ada di dalam kelas, siswa-siswa bisa secara personal ikut serta dalam matemática dengan memeriksa dampak dari budaya mereka sendiri dalam cara-cara yang mereka gunakan, praktekkan dan pikirka tentang matemática. Berikut ini merupakan pandangan yang berbeda mengenai cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan para siswa yang memiliki perbedaan budaza dalam matemática :
• Batasi penggunaan bahasa dan fokuskan pada penggunaan simbol-simbol.
• Terapkan penggunaan prinsip-prinsip dan standar NCTM, gunakanlah lebih banyak tugas yang kaya akan penggunaan bahasa.
• Gabungkan penggunaan kurikulum berbasis estándar.
d. Anak yang Berbakat dalam Bidang Matemátika
Para siswa berbakat biasanya memiliki kemampuan verbal yang baik, rasa ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir analitis, dan kemampuan untuk bekerja dan berkonsentrasi dengan independen. Pendekatan yang biasanya dilakukan untuk siswa yang berbakat dalam bidang matematika yaitu percepatan, pengayaan dan pendalaman. Percepatan dapat memberikan akibat berkembangnya berbagai pengetahuan namun tanpa kemampuan yang berarti dikarenakan siswa dipaksa untuk belajar tanpa mengembangkan ide-ide mereka dalam hal-hal konseptual. Siswa dalam program percepatan cenderung terfokus pada kemampuan mekanis.
3. Efek-Efek Negatif dari Pengelompokkan dengan Cara Memilih dan Homogen
Memilih siswa dalam pengelompokkan merupakan perilaku kejahatan yang signifikan dalam menciptakan pengharapan-pengharapan yang berbeda dari tiap siswanya. Siswa-siswa yang terplilih dalam kelompok rendah sering sekali diabaikan aksesnya untuk mendapatkan materi-materi pembelajaran berkualitas, matematika yang berkualitas tinggi, dan guru-guru terbaik (Silver Smith & Nelson, 1995). Matematika untuk siswa dalam kelompok yang lebih rendah hampir seluruhnya berorientasi pada drill pengulangan dengan kesuksesan yang minim dan hasil belajar yang kurang memuaskan.
Dalam kelas yang lebih heterogen, pengharapan sering sekali berubah-ubah, seperti seorang anak sebelumnya dipersepsikan sebagai kurang mampu menjadi mengerti dan bekerja dengan baik dengan konsepe-konsep yang tidak mereka dapatkan di kelas yang lebih rendah.
4. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bagi Siswa yang Beragam
Mengajar sebaiknya berorientasi kepada peserta didik agar peserta didik itu belajar memecahkan masalah. Orientasi ini harus direfleksikan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga keaktifan mental peserta didik nampak dalam tingkah lakunya, seperti meneliti, merumuskan, menemukan dan merefikasi.
Pada waktu kegiatan pembelajaran, guru mengintroduksikan materi baru, hendaknya melibatkan intelektual peseta didik, yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud kegiatan ini adalah untuk mengabstraksikan dan menemukan. Pola demikian adalah jantungnya berpikir matematik dan penemuan dalam matematika sangat berkaitan dengan ide atau gagasan abstrak.
Kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghasilkan gambar, kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksikan model-model matematika dari situasi masalah yang dihadapi. Mengajar matematika haruslah didasarkan kepada situasi masalah asalkan situasinya sudah dipahami peserta didik, konsep-konsepnya diperoleh dari obyek-obyek, peristiwa-peristiwa serta hubungan operasi dan strateginya telah diketahui dengan baik oleh peserta didik. Mengajar matematika hendaklah relevan dengan kemampuan, keterampilan, dan struktur kognitif yang dimiliki oleh peserta didik, hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik.
Dalam memilih materi matematika yang akan diajarkan, kita pergunakan kriteria, yaitu validitas, signifikansi dan kesiapan serta kegunaan. Validitas berarti materi yang dipilih harus mendukung tercapainya tujuan. Signifikansi berarti konsep-konsep disusun berhubungan sedemukian hingga berurutan secara hirarkis dan merupakan kesatuan yang utuh. Kesiapan berarti materi yang dipilih harus dapat dipelajari peserta didik. Kegunaan berarti materi yang dipelajari peserta didik harus bermanfaat bagi kehidupan dan profesi yang akan dipilihnya. Kesiapan peserta didik untuk belajar matematika perlu dipertimbangkan apabila kita menghendaki keberhasilan peserta didik dalam belajarnya. Karena itu guru hendaknya menyadari bahwa periode berpikir operasi formal yang dikemukakan piaget berlangsung selama belajar di sekolah.
5. Penutup
Mengajar matematika di dalam kelas yang terdiri dari siswa-siswa dengan berbagai latar belakang keluarga, budaya dan perbedaan kemampuan dalam mengerjakan matematika, sangat tidak bijaksana untuk memisahkan mereka dalam kelas yang berbeda. Semua itu dapat diatasi dengan pendekatan pengajaran dengan berbagai strategi yang akan lebih menghargai perbedaan. Menggabungkan siswa yang berbakat dalam matematika dalam kelas reguler akan memberikan peluang bagi siswa untuk mengerjakan matematika dengan pemahaman yang lebih.
Minggu, 20 Desember 2009
Jadilah Orang yang Baik Keislamannya
Jadilah Orang yang Baik Keislamannya
Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, ”Diantara tanda kebaikan keIslaman seseorang adalah jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi dan yang lainnya)
Fiqhul Hadits (Kandungan Hadits) :
1. Membangun masyarakat yang mulia.
2. Menyibukkan diri dengan masalah yang tidak mendatangkan manfaat, adalah kesia-siaan dan tanda lemahnya iman.
3. Menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat merupakan jalan keselamatan.
4. Sibukkanlah diri anda dengan mengingat Allah swt, niscaya anda akan menjauhi perkara yang tidak bermanfaat.
5. Perkara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat
Perkara yang mendatangkan manfaat bagi manusia adalah perkara-perkara yang berkaitan dengan kebutuhan manusia yang paling mendasar, meliputi : sandang, pangan, dan papan. Juga perkara-perkara yang berhubungan dengan keselamatan manusia. Di luar masalah-masalah ini, maka tergolong perkara yang tidak mendatangkan manfaat.
6. Seorang muslim seharusnya menyibukkan diri dengan berbagai masalah yang bernilai dan bukan disibukkan dengan masalah- masalah yang tidak berarti.
7. Seorang muslim hendaknya senantiasa mensucikan jiwanya dengan cara menjauhi semua yang tidak bermanfaat.
Kapankah keislaman seseorang dianggap baik? Para ulama berbeda pendapat:
1. Sebagian memandang bahwa kebaikan Islam seseorang dicapai dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan. Dan ini adalah tingkatan golongan yang pertengahan, yang disitir oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya QS. Fathir : 32
Orang yang baik keislamannya adalah golongan pertengahan yang mengerjakan kewajiban-kewajiban dan sebagian yang sunah, serta meninggalkan semua hal-hal yang diharamkan.
2. Pendapat kedua mengatakan: Kebaikan Islam seseorang artinya: jika ia telah mencapai tingkatan ihsan yang disebutkan dalam hadits,
Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Seandainya engkau tidak mampu, ketahuilah bahwasanya Dia itu melihatmu.” (HR. Muslim)
3. Pendapat ketiga memandang bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat, masing-masing orang berbeda-beda tingkatannya. Besarnya pahala dan keutamaan seseorang tergantung tingkatan kebaikan keislaman dia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat (pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” (HR. Bukhari )
Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, bisa berbentuk perkataan bisa juga berbentuk perbuatan. Jadi setiap perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya baik itu untuk kepentingan ukhrawi seorang muslim ataupun untuk kepentingan duniawinya, seharusnya dia tinggalkan agar keislamannya menjadi baik.
Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sesuatu itu termasuk bermanfaat bagi kita atau tidak? Apakah standar dan patokan yang kita gunakan untuk menentukan suatu perbuatan itu termasuk bermanfaat bagi seorang muslim atau tidak?
Ketahuilah bahwa standar yang harus kita gunakan dalam masalah ini adalah syariat dan bukan hawa nafsu. Mengapa? Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan “meninggalkan suatu hal yang tidak bermanfaat” sebagai tanda dari kebaikan keislaman seseorang. Ini menunjukkan bahwa patokan yang harus kita gunakan dalam menilai bermanfaat tidaknya suatu perbuatan adalah syariat Islam. Hal ini perlu ditekankan karena banyak orang yang salah paham dalam memahami hadits ini, sehingga dia meninggalkan hal-hal yang diwajibkan syariat atau disunahkan, dengan alasan bahwa hal-hal itu tidak bermanfaat baginya.
Contoh hal-hal yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, antara lain:
1. Maksiat atau hal-hal yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Dan ini hukumnya wajib untuk ditinggalkan oleh setiap manusia. Karena dia bukan hanya tidak bermanfaat, tapi juga membahayakan diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Di antara bahaya yang ditimbulkan maksiat di dunia adalah: mengerasnya hati dan menghitam, hingga cahaya yang ada di dalamnya padam. Akibatnya, dia pun menjadi buta jadi tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Akibat buruk ini telah dijelaskan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat (Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka)” (QS.al-Muthaffifin: 14) (HR Tirmidzi dan Ibn Majah serta dihasankan oleh Syaikh Al Albani). Adapun di akhirat, maka orang yang gemar berbuat maksiat, diancam oleh Allah untuk dimasukkan ke dalam neraka, na’udzubillah min dzalik.
2. Hal-hal yang dimakruhkan dalam agama kita, juga berlebih-lebihan dalam mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan agama, yang sama sekali tidak mengandung manfaat, malah justru terkadang menghalangi seseorang dari berbuat amal kebajikan. Di antara yang harus mendapat porsi terbesar dari perhatian kita adalah masalah lisan. Imam an-Nawawi menasihatkan, “Ketahuilah, seyogianya setiap muslim berusaha untuk selalu menjaga lisannya dari segala macam bentuk ucapan, kecuali ucapan yang mengandung maslahat. Jikalau dalam suatu ucapan, maslahat untuk mengucapkannya dan maslahat untuk meninggalkannya adalah sebanding, maka yang disunnahkan adalah meninggalkan ucapan tersebut. Sebab perkataan yang diperbolehkan terkadang membawa kepada perkataan yang diharamkan atau yang dimakruhkan. Dan hal itu sering sekali terjadi. Padahal keselamatan (dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan) adalah sebuah (mutiara) yang tidak ternilai harganya.”
Pengalaman membuktikan bahwa perkataan yang baik, indah dan yang telah dipertimbangkan secara bijak, atau mencukupkan diri dengan diam, akan mendatangkan kewibawaan dan kedudukan dalam kepribadian seorang muslim. Sebaliknya, banyak bicara dan gemar ikut campur perkara yang tidak bermanfaat, akan menodai kepribadian seorang muslim, mengurangi kewibawaan dan menjatuhkan kedudukannya di mata orang lain.
Imam Ibnu Hibban berpetuah, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat perkataan yang ia ucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah membawa penyesalan. (Perlu diketahui pula) bahwa menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk mengontrol kata-katanya (Raudhah al-’Uqala wa Nuzhah al-Fudhala, hal: 45, dinukil dari Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, oleh Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafidzhahullah, hal 31)
Banyak orang meremehkan perkataan-perkataan yang terlepas dari lisannya, serta tidak mempedulikan dampak baik buruknya. Padahal jauh-jauh hari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan,
“Seringkali seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan dampaknya, padahal ternyata perkataan itu akan menjerumuskannya ke neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” ( HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, ”Diantara tanda kebaikan keIslaman seseorang adalah jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi dan yang lainnya)
Fiqhul Hadits (Kandungan Hadits) :
1. Membangun masyarakat yang mulia.
2. Menyibukkan diri dengan masalah yang tidak mendatangkan manfaat, adalah kesia-siaan dan tanda lemahnya iman.
3. Menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat merupakan jalan keselamatan.
4. Sibukkanlah diri anda dengan mengingat Allah swt, niscaya anda akan menjauhi perkara yang tidak bermanfaat.
5. Perkara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat
Perkara yang mendatangkan manfaat bagi manusia adalah perkara-perkara yang berkaitan dengan kebutuhan manusia yang paling mendasar, meliputi : sandang, pangan, dan papan. Juga perkara-perkara yang berhubungan dengan keselamatan manusia. Di luar masalah-masalah ini, maka tergolong perkara yang tidak mendatangkan manfaat.
6. Seorang muslim seharusnya menyibukkan diri dengan berbagai masalah yang bernilai dan bukan disibukkan dengan masalah- masalah yang tidak berarti.
7. Seorang muslim hendaknya senantiasa mensucikan jiwanya dengan cara menjauhi semua yang tidak bermanfaat.
Kapankah keislaman seseorang dianggap baik? Para ulama berbeda pendapat:
1. Sebagian memandang bahwa kebaikan Islam seseorang dicapai dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan. Dan ini adalah tingkatan golongan yang pertengahan, yang disitir oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya QS. Fathir : 32
Orang yang baik keislamannya adalah golongan pertengahan yang mengerjakan kewajiban-kewajiban dan sebagian yang sunah, serta meninggalkan semua hal-hal yang diharamkan.
2. Pendapat kedua mengatakan: Kebaikan Islam seseorang artinya: jika ia telah mencapai tingkatan ihsan yang disebutkan dalam hadits,
Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Seandainya engkau tidak mampu, ketahuilah bahwasanya Dia itu melihatmu.” (HR. Muslim)
3. Pendapat ketiga memandang bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat, masing-masing orang berbeda-beda tingkatannya. Besarnya pahala dan keutamaan seseorang tergantung tingkatan kebaikan keislaman dia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat (pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” (HR. Bukhari )
Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, bisa berbentuk perkataan bisa juga berbentuk perbuatan. Jadi setiap perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya baik itu untuk kepentingan ukhrawi seorang muslim ataupun untuk kepentingan duniawinya, seharusnya dia tinggalkan agar keislamannya menjadi baik.
Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sesuatu itu termasuk bermanfaat bagi kita atau tidak? Apakah standar dan patokan yang kita gunakan untuk menentukan suatu perbuatan itu termasuk bermanfaat bagi seorang muslim atau tidak?
Ketahuilah bahwa standar yang harus kita gunakan dalam masalah ini adalah syariat dan bukan hawa nafsu. Mengapa? Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan “meninggalkan suatu hal yang tidak bermanfaat” sebagai tanda dari kebaikan keislaman seseorang. Ini menunjukkan bahwa patokan yang harus kita gunakan dalam menilai bermanfaat tidaknya suatu perbuatan adalah syariat Islam. Hal ini perlu ditekankan karena banyak orang yang salah paham dalam memahami hadits ini, sehingga dia meninggalkan hal-hal yang diwajibkan syariat atau disunahkan, dengan alasan bahwa hal-hal itu tidak bermanfaat baginya.
Contoh hal-hal yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, antara lain:
1. Maksiat atau hal-hal yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Dan ini hukumnya wajib untuk ditinggalkan oleh setiap manusia. Karena dia bukan hanya tidak bermanfaat, tapi juga membahayakan diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Di antara bahaya yang ditimbulkan maksiat di dunia adalah: mengerasnya hati dan menghitam, hingga cahaya yang ada di dalamnya padam. Akibatnya, dia pun menjadi buta jadi tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Akibat buruk ini telah dijelaskan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat (Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka)” (QS.al-Muthaffifin: 14) (HR Tirmidzi dan Ibn Majah serta dihasankan oleh Syaikh Al Albani). Adapun di akhirat, maka orang yang gemar berbuat maksiat, diancam oleh Allah untuk dimasukkan ke dalam neraka, na’udzubillah min dzalik.
2. Hal-hal yang dimakruhkan dalam agama kita, juga berlebih-lebihan dalam mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan agama, yang sama sekali tidak mengandung manfaat, malah justru terkadang menghalangi seseorang dari berbuat amal kebajikan. Di antara yang harus mendapat porsi terbesar dari perhatian kita adalah masalah lisan. Imam an-Nawawi menasihatkan, “Ketahuilah, seyogianya setiap muslim berusaha untuk selalu menjaga lisannya dari segala macam bentuk ucapan, kecuali ucapan yang mengandung maslahat. Jikalau dalam suatu ucapan, maslahat untuk mengucapkannya dan maslahat untuk meninggalkannya adalah sebanding, maka yang disunnahkan adalah meninggalkan ucapan tersebut. Sebab perkataan yang diperbolehkan terkadang membawa kepada perkataan yang diharamkan atau yang dimakruhkan. Dan hal itu sering sekali terjadi. Padahal keselamatan (dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan) adalah sebuah (mutiara) yang tidak ternilai harganya.”
Pengalaman membuktikan bahwa perkataan yang baik, indah dan yang telah dipertimbangkan secara bijak, atau mencukupkan diri dengan diam, akan mendatangkan kewibawaan dan kedudukan dalam kepribadian seorang muslim. Sebaliknya, banyak bicara dan gemar ikut campur perkara yang tidak bermanfaat, akan menodai kepribadian seorang muslim, mengurangi kewibawaan dan menjatuhkan kedudukannya di mata orang lain.
Imam Ibnu Hibban berpetuah, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat perkataan yang ia ucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah membawa penyesalan. (Perlu diketahui pula) bahwa menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk mengontrol kata-katanya (Raudhah al-’Uqala wa Nuzhah al-Fudhala, hal: 45, dinukil dari Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, oleh Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafidzhahullah, hal 31)
Banyak orang meremehkan perkataan-perkataan yang terlepas dari lisannya, serta tidak mempedulikan dampak baik buruknya. Padahal jauh-jauh hari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan,
“Seringkali seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan dampaknya, padahal ternyata perkataan itu akan menjerumuskannya ke neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” ( HR. Bukhari dan Muslim)
Definisi Ilmu
10 Definisi Ilmu
● Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
● Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
● Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
• Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Harsojo, Guru besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah :
1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
2. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
3. suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk : “Jika..., maka...”.
• Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
• Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.
• Ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yg diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. (Burhanudin Salam)
• Ilmu dari segi istilah adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang segala sesuatu yang datang dari Allah swt yang diturunkan kepada Rasul-Rasul-Nya dan alam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.
● Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
● Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
● Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
• Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Harsojo, Guru besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah :
1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
2. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
3. suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk : “Jika..., maka...”.
• Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
• Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.
• Ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yg diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. (Burhanudin Salam)
• Ilmu dari segi istilah adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang segala sesuatu yang datang dari Allah swt yang diturunkan kepada Rasul-Rasul-Nya dan alam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.
Definisi Filsafat
10 Definisi Filsafat
1. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. Plato (427sm – 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates dan guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
3. Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
4. Marcus tullius cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi, merumuskan: filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
5. Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina, mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
6. Immanuel kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan : filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
7. Prof. Dr. Fuad hasan, guru besar psikologi ui, menyimpulkan: filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
8. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
9. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
10. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
1. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. Plato (427sm – 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates dan guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
3. Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
4. Marcus tullius cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi, merumuskan: filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
5. Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina, mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
6. Immanuel kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan : filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
7. Prof. Dr. Fuad hasan, guru besar psikologi ui, menyimpulkan: filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
8. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
9. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
10. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Langganan:
Postingan (Atom)